REVOLUSI INDUSTRI 4.0, GENERASI MILENIAL, DAN PANCASILA

Pada abad 21 seperti saat ini manusia telah memasuki era modern yang bernama era globalisasi. Era yang ditandai dengan kemajuan alat tansportasi, teknologi, dan komunikasi ini menjadikan batasan antar negara menjadi tak terasa (borderless). Era globalisasi membawa banyak pengaruh terhadap perkembangan berbagai bidang, termasuk industri, hingga akhirnya masyarakat internasional memperkenalkan revolusi industri 4.0. Revolsi industri 4.0 merupakan industri yang berbasis penggunaan alat elektronik, teknologi informasi, otomatisasi, dan internet. Sehingga antara manusia, teknologi, dan data internet adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Kehadiran internet dalam kehidupan manusia, utamanya generasi milenial atau generasi Y (generasi yang berusia antara 18-35 tahun)  menimbulkan pengaruh positif, tetapi juga menimbulkan dampak negatif, seperti degradasi moral, konsumerisme, bahkan mengakibatkan disintegrasi bangsa. Kelompok yang dapat digolongkan rentan terpengaruh dampak negatif adalah generasi milenial. Hal ini dikarenakan generasi milenial merupakan generasi yang familiar dengan teknologi dan internet.

Risiko terpengaruh dampak negatif bagi negara multikultural seperti Indonesia tentu menjadi meningkat dua kali lipat. Oleh sebab itu perlu adanya penyeimbang dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia utamanya generasi milenial, dimana mereka harus memiliki bekal moral atau nilai-nilai karakter kebangsaan serta soft skill yang mumpuni agar tidak mudah terpecah-belah dan terpengaruh oleh paham-paham idiologi baru yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Mengingat bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami bonus demografi atau jumlah penduduk usia muda lebih banyak, maka generasi milenial memiliki pengaruh besar selaku agent of change terhadap perkembangan Indonesia. Alih-alih ingin meningkatkan soft skill dalam mengejar persaingan sumber daya manusia (SDM) dalam era revolusi industri 4.0, tetapi jika melupakan karakter dan integritasnya sebagai manusia, maka hal ini dapat membahayakan arah masa depan bangsa.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penguatan nilai-nilai Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia sangat diperlukan dalam menjaga karakter bangsa Indonesia. Pancasila dapat digunakan sebagai penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, utamanya dalam era revolusi Industri 4.0. Pancasila dapat berfungsi sebagai sumber etika dan konsep berprilaku karena setiap silanya mengandung nilai-nilai budaya bangsa yang tentunya sesuai dengan kekhasan karakter manusia Indonesia. Pancasila merupakan filosofische grondslag atau landasan filosofis  yang bisa diterapkan dalam konteks apapun, baik hari ini, besok, lusa, dan akan datang. Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam generasi milenial dapat dilakukan melalui cara-cara yang sederhana namun tetap diterima oleh generasi milenial, seperti menggunakan internet untuk mengkampanyekan dan menumbuhkan rasa nasionalisme yang berprikemanusiaan (sesuai sila kedua), tidak mudah melontarkan atau menyudutkan kelompok tertentu di media sosial dengan cara meningkatkan rasa toleransi dan saling menghormati demi terwujudnya persatuan dan kesatuan (sesuai sila ketiga). Dengan demikian Pancasila akan tetap tumbuh dalam jiwa generasi milenial di era revolusi industri 4.0 agar mereka tidak melupakan nation character sebagai bangsa Indonesia

Komentar

Postingan Populer