Peran Mahasiswa di Era Kekinian


Abad 21 merupakan masa transisi dari abad sebelumnya yakni abad 20 yang telah menjadikan jarak antar negara diseluruh dunia terasa tipis bahkan tak terasa (borderless). Abad yang terkenal dari segi kecanggihan dalam bidang Ilmu Pengetahuan, Informasi, Teknologi, dan Komunikasi ini merupakan bukti bahwa saat ini peradaban manusia telah masuk pada era modern yang acap kali dikenal dengan era globalisasi. Globalisasi merupakan proses perkembangan pada masa kini (kontemporer) yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung.[1]  
            Tahun 2018 atau yang dikenal dengan istilah tahun millennium ke tiga merupakan tahun dimana hampir seluruh kegiatan manusia telah berbasis computer, teknologi canggih, dan internet. Milenium adalah bilangan untuk tiap jangka waktu seribu tahun dalam kalender. Tahun milennium adalah tahun yang terhitung masa 1000 tahun dimana milenium ke satu terhitung sejak tahun 1-1000, millennium ke dua terhitung sejak 1001-2000, dan millenium ke tiga tahun 2001-3000.  Dalam konteks kekinian di era yang serba canggih dan modern ini, generasi muda terkhusus para mmahasiswa selaku agent of change and agent of control memiliki peran besar untuk mempertahankan nation character dan idiologi Negara Indonesia. Bila dibandingkan dengan pemuda pada umumnya, seungguhnya mahasiswa memiliki tantangan yang jauh lebih besar untuk menyelami dan bertahan dalam menerjang arus globalisasi di era millennium ke tiga seperti saat ini.  
            Generasi milenial khususnya kaum mahasiswa merupakan individu yang cenderung dinamis dan enerjik mereka merupakan harapan pamungkas bagi suatu banagsa yang nantinya akan mempertahankan nation character bangsa Indonesia menuju era Indonesia Emas melalui pemikiran-pemikirannya yang idealis dan fresh sesuai kemajuan zman. Meskipun pemikiran idealisme mahasiswa terkadang mengarah pada pemikiran dunia yang utopis, namun tetap menjadi faktor penting bagi kaum mahasiswa agar tetap memiliki semangat dan harapan untuk hidup dan berjuang sebagai agen perubahan. Dipundak mahasiswa terdapat arah suatu bangsa, merekalah yang membawa Indonesia dimasa mendatang, apabila mahasiswa memiliki mimpi yang terarah dengan landasan semangat serta pemikiran yang positif maka perubahan dunia menjadi lebih baik akan semakin memiliki peluang yang besar. Sebagai seorang penentu perjalanan bangsa, mahasiswa milenial tentu tidak cukup bila hanya berongkang-ongkang kaki sambil membaca buku atau berwisata kuliner dengan berselfie ria bersama teman-temannya. Mereka harus terus mempersiapkan diri agar dapat bertahan dan menyelami modernisasi akibat pengaruh globalisasi di era millennium ke tiga ini.
            Arus globalisasi yang terus menerjang bangsa Indonesia dan seluruh elemennya membawa pengaruh yang signifikan merupakan keniscayaan yang harus dihadapi. Pengaruh globalisasi sangat berfariasi, disamping pengaruh positif yang selalu diagung-agungkan oleh banyak orang seperti kemajuan IPTEK, kecanggihan transportasi, meningkatkan pertumbuhan nasional, dan borderless, globalisasi juga menimbulkan pengaruh negatif yang tanpa disadari telah mengkontaminasi sendi-sendi kehidupan manusia seperti adanya perubahan pola berpikir praktis dan ingin menang sendiri, merosotnya moral, norma dan nilai-nilai kesopanan (moral degradation), dan life style yang kebarat-baratan. Mukhtar Bukhori berpendapat bahwa globalisasi akan mewarnai seluruh kehidupan dimasa mendatang dan sebagai akibat dari globalisasi akan lahir gaya hidup baru yang menimbulkan ekses-ekses tertentu seperti materialism, sekularisme, hedonisme, bahkan anti Tuhan dan sebagainya.[2]   
            Agar pelaku agent of change dan agent of social control mampu mempertahankan nation character dan idiologi negara, perlu membekali dirinya dengan amunisi yang ekstra agar eksistensi dari segi positifnya mampu dijadikan contoh oleh masyarakat luas sehingga terus diakui. Sebagai mahasiswa milenial yang mampu mengikti perkembangan zaman, tentu mereka tidak boleh melupakan yang namanya tri dhrma perguruan tinggi. Tridharama perguruan tinggi meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, sertta pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah mahasiswa di Indonesia saat ini sebanyak 5.839.537 dari kampus negeri dan swasta[3] hampir lebih dari setengah diantaranya cenderung mengikuti perkembangan zaman hanya karena tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman alias kuno. Mereka cenderung mengikuti segala hal yang baru tanpa memfilter terlebih dahulu. Dengan tujuan mereka ingin dianggap up to date dan kekinian.  Hal ini cendeung melenakan mahasiswa terhadap peranannya dalam masyarakat. Tren yang sering mempengaruhi mahasiswa akibat pengaruh globalisasi pada tahun 2018 tergolong menjadi 3 hal yang telah penulis kelompokkan berdasarkan jenis mahasiswanya.
1.      Tren Gaya Hidup / Life Style
Dalam era millennium ke tiga atas nama globalisasi telah merubah banyak hal dalam kehidupan generasi muda terkhususnya mahasiswa, termasuk dalam gaya hidup atau life style mereka. Sebagian besar orang lebih condong mengikuti tren seperti budaya negara lain ketimbang budaya sendiri. Hal ini tentu dapat melunurkan nilai-nilai karakter Indonesia dan menghilangkan khas negara timur yang lebih condong menjunjung tinggi norma kesopanan.. Kebanyakan dari kita memang telah terpengaruh globalisasi yang menghegomoni kehidupan, khususnya kaum mahasiswa. Apabila tidak dilakukan pemfilteran dalam menganut budaya barat ataupun K-Pop maka bukan hanya dampak positifnya saja yang dapat mempengaruhi mahasiswa, melainkan juga akan terpengaruh dampak negatif. Tetapi apabila terlebih dahulu dilakukan pemilahan atau filterisasi terhadap budaya aasing yang masuk ke Indonesia, maka tentunya dapat dijadikan contoh untuk memperbaiki kedisiplinan, open minded, democracy, toleransi, kegigihan, tanggungjawab, dan kerja keras. Tentu dampak positif ini akan membantu mahasiswa mewujudkan mimpi Indonesia yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke 4 yang berbunyi “Melindungi Segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahterahan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.”  Namun apabila gaya hidup mahasiswa milenial hanya mengikuti trend an tidak memperdulikan dampak negatifnya, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kehancuran nasional akan diprediksikan terjadi. Seperti kemiskinan, kesenjangan social,tidak toleransi, dan tidak menghargai budaya local.
2.      Tren Fashion
Fashion adalah istilah umum untuk model bergaya yang popular khususnya mengenai pakaian, sepatu, dan aksesoris. Dengan adanya tren fashion hampir semua masyarakat tidak ingin ketiggalan mode atau gaya khususnya dari kalangan mmahasiswa. Pada Saat kuliah mereka cenderung lebih mengutamakan gaya berpenampilan daripada memaknai hakikat kuliah itu sendiri. Tidak sedikit dari mereka yang mengikuti cara berpakaian seperti artis idolanya. Dampak buruk dari adanya tren fasion ini, mereka kehilangan karakter nasional dalam hal berpakaian. Mereka juga lebih menyukai bang-barang impor yang alih-alih memiliki  kwalitas lebih baik dari produk lokal. Namun dari sisi lain, adanya tren fashion ini dapat dimanfaatkan oleh kaum mahasswa milenial, seperti mengembangkan keahlian berwirausaaha untuk membuat produk yang hampir serupa tetapi diiberi inovasi sesuai budaya lokal seperti diberi model batik, atau kain songket khas daerah-daerah tertentu di Indonesia. Hal ini selain dapat menambah penghasilan juga tidak meninggalkan budaya lokal.
            Sebagai agen perubahan tentunya mahasiswa harus menjadikan hal-hal yang negative menuju hal yang positif. Karena dengan berbagai tren yang ada akibat globalisasi, para mahasiswa juga harus waspada dan sanggup menghadapi guncangan globalisasi yang semakin tahun tentu akan semakin beragam dan berfariasi.



                [1] Abdulkarim, Aim, Pendidikan Kewarganegaraan; Membangun Negara Yang Demokratis, t. Gravindo Media Peertma, Jakarta, Hal. 81
                [2] Masykur, Ali Musa, Membumkan Islam Nusantara: Respons Islam Terhadap Isu-Isu Aktual, PT. Serambi Ilmu Semesta Jakarta, 2015, Hlm 119
[3] Badan Pusat Statistik, www.bps.go.id, diakses pada tanggal 3 Mei 2018 Pukul 15.51 

Komentar

Postingan Populer